Tuesday, September 27, 2011

Paris Day 1: Honeymoon with My Summer School Partner

Sudah tidak menjadi rahasia lagi bagaimana orang asing yang berkunjung ke Perancis merasa kurang nyaman atas arogansi bahasa yang dimiliki warganya. Orang-orang Perancis memang terkenal malas diajak bicara selain dengan bahasa mereka sendiri (Titi Sari A K, 2011).

Yang di atas ini merupakan kutipan dari Belanda: Merangkul Dunia dengan Bahasa, artikel yang mengantarkan saya berangkat menuju Eropa. Jadi bisa dibilang saya bisa ke Eropa kemarin gara-gara ngeledekin Perancis, hahaha... Tapi ngeledek bukan berarti antipati. Toh biar saya ledekin kayak apa, di tulisan kemarin saya malah nulis: satu-satunya kota yang ingin dan harus saya sambangi sewaktu mumpung-sudah-di-Eropa kemarin cuma Paris. Daya tarik kota ini memang terlalu kuat untuk diabaikan. Dan saya tidak sendirian. Lihat saja teman-teman saya yang melanjutkan studinya ke Eropa. Tidak sampai sebulan sejak kedatangan mereka untuk menuntut ilmu di negara mana pun di Eropa, profile picture facebook mereka rata-rata langsung berubah dengan latar belakang Eiffel, Eiffel, dan Eiffel.

kalau si Mpus punya facebook, pp-nya akan seperti ini

Meski akan menjelajahi kota ini bersama-sama, saya dan Geges menaiki kereta menuju Paris dengan jadwal yang berbeda. Cara yang sama juga kami lakukan sewaktu melakukan perjalanan dari Utrecht menuju Brussels. Bedanya, kalau Utrecht-Brussels saya berangkat duluan, untuk Brussels-Paris giliran Geges-lah yang berangkat duluan. Sesampainya saya di Gare du Nord, sudah ada sms dari Geges yang mengabarkan bahwa dia sedang mengantre untuk menanyakan EuroPass-nya. Saya pun segera ikut mengantre di tempat lain, mengurusi nasib mobilitas saya dua hari ke depan. Di ticket centre di lantai bawah saya membeli tiket Paris Visite untuk 2 hari seharga 15,2 Euro. Sekilas melihat peta metro + RER yang disertakan, sepertinya saya akan menikmati proses wira-wiri di kota ini :)

Paris Visite Pass

Peta Paris Metro: semakin ruwet semakin asyik! ;D

Belajar dari pengalaman mencari metro di Brussels dan didukung dengan petunjuk yang jelas, dengan mudah saya dan Geges kemudian menemukan pemberhentian metro no. 5 yang nantinya akan membawa kami ke stasiun Gare d'Austerlitz. Pada awalnya, metro no. 5 ini hanya melewati jalur bawah tanah sehingga tidak banyak pemandangan menarik yang bisa kami nikmati. Tetapi kejutan menanti setelah metro melewati stasiun Quai de la Rapee, metro kami melewati jembatan di atas Sungai Seine: cantiiiik :) Berada di atas metro yang berjalan kencang melewati jembatan terbuka yang berderak-derak rasanya mirip-mirip naik roller coaster :p Begitu turun di Gare d'Austerlitz kemudian kami berganti metro no. 10 yang akan membawa kami ke Maubert Mutualite, stasiun terdekat dari hostel tujuan kami: Hotel du Commerce.

Hotel du Commerce

Setelah sedikit tersesat (LAGI!) kami akhirnya menemukan Hotel du Commerce, sebuah bangunan putih beraksen kanopi hijau di antara jajaran beberapa restoran Vietnam dan Tibet. Tidak berlama-lama di hostel, kami segera berangkat untuk mengeksplorasi kota ini lebih lanjut. Terbayang-bayang dengan kelezatan farewell dinner kami di La Fontana - Utrecht, kami sepakat mencari pizzeria sejenis. Untungnya pizzeria seperti ini cukup gampang ditemukan. Semula kami memilih tempat di dalam, tetapi begitu kursi-kursi di luar kosong kami segera pindah. Cukup banyak turis yang kemudian berhenti karena tertarik untuk ikut membeli pizza setelah melirik-lirik kami yang makan dengan lezatnya :D Dengan peta metro di tangan dan setengah loyang pizza di perut, kami memulai eksplorasi kali ini dengan mengunjungi Eiffel. Belum tenang rasanya berada di Paris kalau belum melihat pucuk Eiffel sama sekali. Dari Maubert Mutualite, kami segera mengambil metro no. 10 menuju La Motte Picquet Grenelle untuk kemudian berganti metro no. 6 menuju Bir-Hakeim. Sama seperti jalur no. 5, jalur no. 6 ini tak melulu berada di bawah tanah. Semakin mendekati Eiffel, kami melewati jalur terbuka dengan berbagai bangunan di kanan-kiri kami. Inilah yang membuat saya ribut sendiri di dalam metro, celingak-celinguk mencari pucuk Eiffel sambil sedikit-sedikit bertanya pada Geges, "Mana sih Eiffel-nya? Mana sih?". Bagi saya, momen melihat Eiffel untuk pertama kalinya itu cukup penting :D Turun dari metro, kami belum juga berhasil melihat Eiffel. Saking bersemangatnya, kami sampai setengah berlari mendahului kerumunan orang yang kami yakini juga sama-sama menuju Eiffel. Setelah beberapa saat ... nah itu dia! Pucuknya masih mengintip malu-malu, tetapi semakin kami mendekat, semakin tampaklah kegagahannya. Apalagi sewaktu berada persis di bawahnya: WAAAAAHHHHHH!!!

'dipekangkangi' si Iron Lady

Dan sekarang saatnyalah mewujudkan mimpi saya: tiduran di atas rumput Paris sambil nontoni Eiffel!! :D Saya segera melangkahkan kaki menuju Champ de Mars, menyusul ratusan manusia di sana yang sudah leyeh-leyeh dengan santainya. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, orang-orang yang tiduran di sekitar kami kebanyakan datang berpasangan. Nggak heran lah, ini Paris: the city of lovers & the most romantic place on earth! Kota terfavorit untuk berbulan madu. Sudah tidak terhitung berapa kali saya nemu orang ciuman dengan santainya. Baik itu sedang leyeh-leyeh, jalan-jalan, berdiri menunggu metro, ataupun duduk di dalam metro. It's almost everywhere!

hiasan dinding di pizzeria, bukti Paris si kota cinta

Puas tidur-tiduran dan langit mulai menggelap sementara kami baru dapat satu objek, kami segera melanjutkan perjalanan ke Arch de Triomphe. Dari Eiffel kami berjalan kaki menuju Trocadero melewati Pont d'Iena yang membelah Sungai Seine. Taman di Trocadero ini cantiiiiik sekali, lengkap dengan air mancur dan puluhan orang yang sunbathing walau hari mulai menggelap. Dari Trocadero kami menaiki metro no. 9 menuju Champs Elysees untuk selanjutnya berjalan sepanjang jalan-paling-mahal ini menuju Arc de Triomphe di ujung jalan. 

Arc de Triomphe dari Champs de Elysees

Selama berjalan, kanan-kiri kami penuh dengan toko elite nan wah. Sebagai wanita akhirnya kami tergoda untuk memasuki salah satunya, Sephora, tempat Geges membeli entah apa (foundation?? :p) sementara saya hanya sampai tahap nyaris tergoda membawa pulang satu set miniature-perfume. Kelelahan menyusuri Champs Elysees yang puanjaaang, kami langsung mencari tempat duduk begitu Arc de Triomph sudah di depan mata. Di sini kami tidak sesemangat tadi untuk berfoto-foto karena selain capek, foto yang dihasilkan selalu kurang memuaskan karena selalu adaaaa saja orang lain yang ikut terfoto. Mengingat tujuan kami besok ada di pinggiran Paris, kami segera turun ke stasiun terdekat untuk pulang ke hostel tanpa ke mana-mana lagi. 


Arch de Triomphe yang berada di tengah sebuah perduabelasan

Tunggu kami besok, V e r s a i l l e ...

No comments: